Tak seorang pun yang bersedia mengambilnya sebagai anak susuan. Karena ketika
itu, dia adalah seorang yang yatim. Dalih-dalih karena beliau adalah seorang
yang yatim, maka imbalan apa yang bisa diharapkan oleh perempuan-perempuan itu
(rombongan wanita penyusu bayi) darinya. Sedangkan kala itu tak ada yang
diharapkan oleh wanita-wanita itu kecuali imbalan harta dari orang tua bayi. Penolakan
demi penolakan terjadi hingga sang kakek memutuskan untuk memboyongnya kembali pulang
tanpa memperoleh seorang ibu susuan.
“Demi Allah, aku tidak akan pulang tanpa membawa seorang bayi susuan”, seru
seorang wanita penyusu bayi kepada suaminya.
“Aku akan pergi ke rumah bayi yatim itu dan mengambilnya sebagai anak
susuan”, kembali ia berkata.
“Lakukanlah! Semoga Allah menjadikan kehadirannya di tengah-tengah keluarga
kita sebagai sesuatu yang membawa berkah”, jawab sang suami.
Ia pun kembali membawa bayi yatim itu menuju tunggangannya. Ketika bayi itu
dibaringkan di pangkuannya, seolah kedua payudaranya begitu ingin menyusuinya. Bayi
itu pun menyusu hingga kenyang, begitu juga dengan bayinya sendiri yang pun
ikut menyusu hingga kenyang. Lalu suaminya beranjak memeriksa keledai betina
kurus yang sebelumnya mereka tunggangi untuk berangkat mencari bayi susuan. Tak
diyana, didapati bahwa keledai itu kini telah berisi susunya hingga keduanya
pun bisa meminum susunya hingga kenyang.
Begitu lah Allah menjadikannya rahmat bagi semesta alam. Buah hati Aminah
dan Abdullah. Cucu dari Abdul Muthalib dan anak keturunan dari bani Hasyim.
Dialah sosok yang dipilihkan oleh Allah menjadi penerang bagi umat Islam di
dunia, pembawa kabar gembira, yang jujur lagi amanah. Hingga suatu pagi berkatalah
suami dari perempuan itu,
“Demi Allah, tahukah engkau wahai Halimah? Engkau telah mengambil manusia
yang diberkahi.”
“Demi Allah, aku pun berharap demikian wahai suamiku.”
Mereka pergi menunggangi keledainya dengan membawa serta Rasulullah kecil. Mereka
mendapati keledai betina yang kurus itu mampu menempuh jarak melebihi jarak
yang sanggup ditempuh oleh unta-unta yang lain. Maka takjublah para wanita itu.
Hingga kemudian mereka melempari Halimah dengan pertanyaan-pertanyaan
“Wahai Halimah, putri Abu Zuaib, bukankah ini keledai yang dulu engkau
tunggangi ketika pergi?”
“Benar, Demi Allah, inilah keledainya”, jawab Halimah.
Hingga sampailah mereka di sebuah kampung yang kala itu, tidak ada bumi
Allah yang lebih tandus dari itu. Namun, kambing-kambingnya tampak kenyang dan
banyak air susunya. Lalu mereka pun memerahnya dan meminum air susunya hingga
kenyang, padahal tak satu pun kambing dari orang-orang di sana yang ada air
susunya bahkan setetes.
Demikianlah nikmat yang diturunkan Allah kepada Halimah dengan kehadiran
Rasulullah di tengah keluarga mereka. Seorang bayi yatim yang kala itu tak ada yang
ingin mengambilnya sebagai anak susuan. Begitulah Allah menurunkan keberkahan
bagi hamba yang ia kehendaki. Maha besar Allah, dengan segala nikmatNya.
*****