Wednesday, July 27, 2016

Kita Sedang Tidak Dalam Perlombaan

Taukah, berapa banyak air mata yang telah aku guyurkan untukmu?, Berapa panjangnya jalan yang dipenuhi kerikil tajam ku lalui demi sebuah impian untuk bisa hidup bersamamu?. Hidup terkadang seperti sebuah ilusi. Ilusi yang paling ilusi, dan seperti mimpi yang paling fiktif. Hidup seperti menghirup duri-duri hingga terasa kepedihan berkepanjangan. Hidup seperti balon udara yang melayang, mengarungi cakrawala luas tanpa sayap. Siapa sangka bahwa selamanya kita akan melayang, karena bahkan bisa saja kita terhempas ke bumi. Ambruk dan hancur..luluh lalu tak bergeming tanpa kesadaran.

Bila keberadaanmu bagiku sebagai sebuah semangat hidup, adakah keberadaanku bagimu bagai sebuah pelita yang menghidupkan kembali mimpi-mimpimu yang sempat temaram?. Hingga engkau lupa bahwa engkau hampir menyerah. Seperti aku yang kemarin memutuskan untuk pergi, mencoba berlalu dari hidupmu seperti malam yang berlalu dengan membawa bintang-bintangnya. Seperti senja yang hadir sesaat untuk memberimu rembulan. Tetapi bukan pada seberapa keras kita berjuang meyakinkan banyak orang, tetapi lebih kepada seberapa yakin kita untuk bertahan bahwa cinta memanglah alasan mengapa sampai saat ini kita memilih melaju bersama di jalan ini. Dan kita bukanlah orang yang serta merta membuang harapan kepada Sang Maha Cinta. Karena kekuatan dariNya lah, kita mampu berdiri kokoh hingga saat ini. Jika tidak, mungkin kita sudah akan melapuk dan hancur sebagai seseorang yang berputus asa.

Banyak hal dalam hidup ini yang bisa kita ambil menjadi sebuah pelajaran. Pelajaran yang sangaaaaat berharga, hingga kelak bila menua itu adalah sesuatu yang akan berlangsung dengan cepat, kita adalah orang yang telah mempunyai senjata berupa pengalaman sebagai guru. Banyak hal yang orang tidak pahami tentang perjalanan kita, karena mereka hanyalah penonton yang menyaksikan luarnya saja. Namun, kita..kita adalah lakon, yang menjalani, yang mengalami, yang menghadapi. Tidak ada yang lebih paham tentang semua ini daripada kita sendiri. Mereka hanya tidak tau bagaimana terjalnya jalan ini, bagaimana gontainya langkah ini demi meraih sebuah kebahagiaan.

Kelak bila semua berbalik mendukung visi misi kita, maka aku adalah orang yang akan menggenggam tanganmu selamanya. Sebagai sesuatu yang engkau perjuangkan, sebagai sesuatu yang engkau pertahankan, bagaimana mungkin aku akan membiarkan hidupmu menderita bersamaku. Engkau adalah mutiara dari dasar laut terdalam yang aku gapai hanya dengan sirip yang kecil. Aku belum mampu menembusmu hingga ke bagian paling dalam itu.  Tetapi ini hanyalah masalah waktu, yang katanya "Ini bukanlah sebuah kompetisi siapa yang paling cepat, tapi ini adalah sebuah perjalanan yang menghargai proses" . Ya, seperti itulah kiranya. Kita sedang tidak dalam perlombaan, kita sedang berada dalam lingkaran hidup dengan perjalanan yang telah diaturkanNya untuk kita. 
***

Friday, July 15, 2016

Mimpi

Sekelumit kisah pagi, kala temaram yang berlalu meninggalkan bekas embun bening nan sejuk. Aku masih terperangkap oleh mimpi semalam. Mimpi yang membuatku terpaku lalu luluh dengan tamparan kenyataan yang hadir seperti anak panah yang membuang diri dari busurnya. Mimpi yang indah yang melahirkan petaka di kenyataan. Lalu kemana arah yang harus aku tuju, sedang mimpi ini masih menjerat hari-hariku dengan sangat erat?

Monday, July 04, 2016

Madinatur Rasul

"Tala'al badru 'alaina,min tsaniyyatil wada'..wajabassyukru 'alaina,maa da'a lillahi da'..ayyuhalmab'u tsufiina,ji'tabil amril mutha'"
"Bulan purnama muncul di hadapan kita,dari jalan di sela-sela bukit Wada'. Kita wajib bersyukur karenanya,apa yang dia serukan sebagai seorang da'i adalah untuk Allah.wahai orang yang di utus kepada kami,engkau telah membawa perkara yang ditaati"
Syair ini sering kita dengarkan bukan,ternyata kisahnya adalah ketika Rasulullah diizinkan oleh Allah untuk berhijrah ke Madinah ketika Abu Jahal dan kaum Quraisy berniat untuk mengusir,menganiaya,bahkan membunuh beliau yang disertai dengan pengaruh iblis yang menyerupai laki2 tua.setelah perjalanan panjang dilalui oleh Rasulullah,maka setelah selesai sholat Jum'at Rasulullah memasuki kota Madinah. Sejak saat itulah kota Yastrib dinamakan dengan Madinatur Rasul (kota Rasulullah) yang kemudian diungkapkan dengan Madinah. Pada hari itu,rumah dan jalan bergemuruh dengan pekikan tahmid dan takdis, lalu putri-putri kaum Anshar menyanyikan bait-bait puisi di atas sebagai ekspresi keriangan dan kegembiraan menyambut kedatangan panji islam,amirul mukminin,sang pelita islam pembawa kabar gembira bagi umat muslim..
Subhanallah..
 

Lembar Sajak Template by Ipietoon Cute Blog Design