Betapa Allah menjadikan Islam itu terasa indah bagi pemeluknya. Bahwa setiap keadaan yang dijalani adalah yang terbaik pilihan dariNya. Bahkan ketika manusia bertemu kehilangan atau sesuatu yang ia senangi luput darinya, tetap saja Allah merencanakan banyak kebaikan di balik itu semua.
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah
baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin.
Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu
merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia
pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).
Begitulah Allah memuliakan seorang muslim, sehingga kenikmatan dan ketiadaan pun menjadi baik baginya ketika ia mampu bersyukur dan bersabar.
"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Q.S. Al-Baqarah: 153).
Bahwa sesungguhnya Allah senantiasa menyertai orang-orang yang sabar jiwanya ketika Allah memberinya ujian. Bahwa pertolongan Allah meliputi segala sesuatu. Tidak ada satu pun manusia yang mampu berlepas diri dari masalah di dunia ini.
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (ujian)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa
oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang
beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat" (Q.S. Al-Baqarah: 214).
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?" (Q.S. Al-Ankabut: 2).
Maka, ketahuilah bahwa orang-orang yang beriman adalah orang yang diuji oleh Allah. Di antara orang beriman yang kelak akan mendapatkan keutamaan dan kemuliaan dari Allah adalah mereka yang apabila diuji tumbuh lah kesabarannya dan apabila diuji dengan kesenangan dan kenikmatan tumbuhlah rasa syukurnya. Hingga ia benar-benar merasa bahwa segala hal yang ia miliki hanyalah titipan belaka.
"Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan." (Q.S. Ali Imran: 109).
Oleh sebab itu, tidak patut rasanya bila manusia memandang rendah manusia lain. Jangankan harta, jabatan, dan anak-anak bahkan diri kita sendiri adalah kepunyaanNya. Kepunyaan yang bisa diambil kembali kapan saja dan di mana saja oleh Allah. Tidak patut bagi manusia menyombongkan diri dengan mengatakan "Aku lebih baik darinya" atau "Aku lebih kaya darinya" hingga benar-benar ia menghinakan manusia lain dengan jabatan dan kekayaan yang ia miliki.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya,
boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim “ (QS. Al-Hujuraat :11).
Menyadari eksistensi diri itu lebih baik agar senantiasa kita merasa bahwa kita tidak lebih baik dari orang lain. Agar apa-apa yang kita lakukan tidak mengenal kata lelah dan menyerah sehingga senantiasa mencari jalan hikmah dari setiap kejadian, apakah buruk atau baik. Jika semua perkara telah dikembalikan kepadaNya di saat telah dijalani sabar, tawakkal, sholat, dan doa memohon petunjuk, insyaAllah kebaikan akan meliputi masing-masing jiwa yang sabar tersebut. Bukankah sudah dikatakan, akan ada kemudahan setelah kesulitan?
"Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu, ada kemudahan." (Q.S. Al-Insyirah: 5).
****
0 komentar:
Post a Comment